Judul: Allegiant Penulis: Veronica Roth Penerbit: Mizan, Cetakan I Mei 2014 Penerjemah: Nur Aini dan Indira Briantri Asni Tebal: 496 halaman Penghargaan: New York Times Bestseller, Best Young Adult Fantasy and Science Fiction * Goodreads Choice Awards 2013.
Allegiant ini merupakan buku ketiga alias pamungkas dari trilogi Divergent. Ditulis oleh Veronica Roth, orang New York yang sepertinya tinggal di Chicago. Kata dia sih, nulis trilogi ini dimulai tahun 2011, waktu dia masih kuliah, dan trilogi ini menjadi debutnya di dunia literasi. Hebat. Begitu dipublikasi, langsung melejit dan mengangkat namanya sebagai penulis muda yang cerdas.
Kalau kamu sudah baca buku keduanya, Insurgent, atau sudah nonton filmnya, tentu tidak asing dengan Tris, Tobias, Christina, Caleb, Peter, Uriah, dkk-nya itu. Novel ini ditulis dari dua sudut pandang, Tris, lalu Tobias alias Four secara bergantian. Kadang agak aneh memang, ketika sudah membaca di pertengahan, kemudian kamu bingung ini yang cerita ternyata si Tobias, bukan Tris seperti dugaan kamu sebelumnya. Nah, ganti-ganti sudut pandang setiap bab memang sedikit mengganggu bagi saya. Kecuali Veronica menulis beberapa bab awal untuk Tris lalu berikutnya baru Tobias, sehingga mungkin agak sedikit mendukung konsentrasi dan feel saya.
Di novel Allegiant ini kamu akan diceritakan kelanjutan perjuangan Tris dan kawan-kawannya untuk menyelamatkan kota simulasi mereka, Chicago. Jika di Insurgent akhir ceritanya menggambarkan orang-orang yang berbondong-bondong keluar kota, dugaan kamu salah. Di novel Allegiant ini diceritakan bahwa kota telah dikuasai kelompok factionless, yang dalam sistemnya melarang orang-orang keluar kota dan justru memaksa mereka untuk tinggal, melanjutkan hidup dengan pemimpin baru. Lalu muncullah sekelompok pemberontak kecil yang membuat rencana keluar kota untuk menyelidiki apa yang sebenarnya berada di balik pagar kokoh pembatas kota mereka.
Apa yang mereka temukan di luar kota? Apakah memang hanya mereka manusia terakhir di bumi? Jawabannya ada di dalam novel ini. He-he.
Melalui Allegiant, Veronica menunjukkan kecerdasannya dalam menerapkan suatu metode penelitian laboratorium sederhana, dalam hal ini biologi, ke sebuah kehidupan manusia skala besar. Manusia diibaratkan sebagai objek eksperimen yang diberi perlakuan oleh peneliti sesuka mereka dengan dalih menyelamatkan gen manusia, untuk memperbaiki kehidupan. Simple idea but finally people worth it.
Novel ini bergenre fantasi, kata penerbitnya (mizan). Namun saya lebih suka menyebutnya dystopia. Ini saya kutipkan definisi dystopia atau distopia menurut wikipedia:
Distopia adalah masyarakat fiktif yang merupakan antitesis atau berlawanan dengan utopia. Masyarakat distopia umumnya hidup di bawah pemerintah yang totaliter atau otoriter, atau diawasi di bawah pengawasan sosial yang ketat dan menindas. Distopia biasanya terjadi pada masa depan bayangan atau sejarah alternatif, dan eksis akibat perbuatan manusia (merujuk kepada kesalahan yang dilakukan atau malah hanya merujuk kepada tindakan manusia yang sekadar berdiam diri dalam menghadapi masalah).
Cocok sekali dengan cerita dalam novel ini. Di goodreads, distopia pun sudah menjadi genre tersendiri. Jadi, tidak salah dong saya sebut novel ini bergenre distopia.
Jika diringkas, novel ini mengajarkan pada kita, melalui tokoh utama, Tris dan kawan-kawannya, tentang perjuangan, semangat, pengorbanan, cinta, kasih sayang, dan memaafkan. Dan sebagaimana novel pamungkas yang semestinya, novel ini memiliki bagian cerita yang mengguncang pembacanya, terutama penggemarnya yang sudah mengikuti jalan cerita dalam dua novel sebelumnya. Veronica Roth berani mengambil langkah tegas untuk ‘membunuh’ tokohnya. Bukan membunuh karakter yang saya maksud, tapi membunuh secara harfiah, yaitu menghilangkan nyawa. Padahal, pilihan seperti ini biasanya dihindari penulis, sebab akan mengecewakan pembaca yang sejak awal percaya bahwa tokoh ‘yang ini’ tidak akan mati alias hidup sampai akhir cerita, seperti misalnya Katniss pada buku terakhir The Mockingjay (Trilogy The Hunger Games). Namun, Veronica mengambil langkah besar itu, membunuh karakter dalam ceritanya, mungkin sebagian alasannya adalah untuk melawan arus mainstream penulis, sementara alasan yang lain, ia begitu percaya bahwa, ‘Pengorbanan yang sebenarnya adalah merelakan orang yang kamu cintai untuk mengorbankan dirinya sendiri’.
Sumber : https://reviewumami.wordpress.com/2015/03/27/review-novel-allegiant-oleh-veronica-roth-3-divergent-trilogy/
Trailer
0
komentar:
Insurgent : #2 Novel of Divergent Trilogy
21.44
Damar Tyas
0 Comments
Title : Insurgent
Author : Veronica Roth
Genre : Science fiction / Dystopian
Publication date : May 1, 2012
Pages : 525
Insurgent adalah series kedua dari novel best seller trilogy Divergent. Menceritakan tentang masa depan Chicago yang berubah menjadi kota dengan masyarakat kota yang terbagi menjadi 5 faksi. (baca review sebelumnya disini)
Sinopsis :
Satu pilihan bisa mengubahmu, atau justru menghancurkanmu.
Gerbong kereta api yang membawa Tris, Four, Caleb, Peter dan Marcus meluncur di sepanjang rel menuju ke arah gerbang perbatasan. Gerbang yang membatasi masing-masing wilayah Dauntless dan Amity. Gerbang yang mengurung mereka untuk tidak pergi dari Dauntless. Gerbang itu kosong, tak ada penjaga yang biasanya berjaga disana. Four memasukkan kombinasi angka pada papan tombol yang ada, gerbangpun terbuka memasukkan mereka ke dalam kaum yang menjunjung tinggi perdamaian. Ke dalam kaum yang memutuskan untuk menjadikan markas besar kaum amity sebagai rumah perlindungan yang aman bagi setiap anggota dari semua faksi.
Tris melalui hari-hari yang sulit semenjak membunuh Will. Rasa bersalah menekannya, membuatnya sering memimpikan Will dalam tidurnya. Diapun tak berani mengatakan yang sebenarnya pada Four bahwa kekasihnya, Tris, telah membunuh salah satu sahabatnya dengan tangannya sendiri demi menyelamatkan nyawanya. Dia merasa bahwa terlalu banyak yang dirahasiakannya dari Four karena dia sendiri pun merasa bahwa Four menyembunyikan banyak hal juga darinya.
Tris berusaha untuk mempercayai Caleb. Baginya tidak mempercayai Caleb adalah kesalahan yang tak ingin diulanginya karena sekarang kakaknya itulah satu-satunya keluarga yang masih dimilikinya. Untuk itulah ketika Caleb bertanya tentang hasil dari tes kecakapan, Tris mengatakan bahwa dia memperoleh 3 faksi sekaligus sebagai hasilnya, itulah kali pertama bagi Tris mengatakan tentang hasil tes kecakapan kepada orang lain.
Saat berada di Amity, Tris mengetahui bahwa Marcus menyimpan sebuah rahasia yang tak diketahuinya, sebuah informasi yang dipercayakan kepada faksi Abnegation hingga mereka rela mempertaruhkan nyawa demi melindungi informasi itu. Termasuk ayah dan ibunya. Tris sekarang tahu bahwa Jeanine menyerang faksi Abnegation bukan demi kekuasaan tapi ternyata dia menyerang demi mencuri informasi, informasi yang hanya diketahui oleh faksi Abnegation. Bahkan saat Johanna, salah satu juru bicara Amity meminta dengan baik-baik untuk menceritakan tentag rahasia itu, Marcus menolaknya. Begitupun saat Tris memaksa Marcus untuk memberi tahunya tentang informasi rahasia itu.
Perwakilan dari Erudite yang datang tiba-tiba ke Amity memaksa Tris serta kaum abnegation yang berlindung di Amity untuk melarikan diri. Tris, Four, Caleb dan Susan memisahkan diri dari Abnegation lain dan berakhir di markas Factionless berkat nama asli Four, Tobias Eaton yang cukup berpengaruh di antara Factionless. Selanjutnya Tris mengetahui alasan kenapa Factionless mengijinkan Tris dan teman-teman berlindung di markas Factionless. Itu semua karena, pemimpin Factionless adalah Evelyn Eaton, ibu kandung Four yang dulu sempat dinyatakan meninggal tapi sebenarnya melarikan diri dari Abnegation dan lebih memilih untuk menjadi Factionless. Kepalsuan kematian Evelyn adalah satu hal lagi yang dirahasiakan oleh Four pada Tris di samping rahasia-rahasia lain. Tak seperti Four yang mempercayai Evelyn, Tris justru sebaliknya, dia mencurigai Evelyn merencanakan sesuatu untuk menghancurkan seluruh faksi.
Keberadaan Tris di markas Factionless tak bertahan lama karena dia harus pergi ke markas Candor untuk menyelidiki hal lain. Di markas Candor Tris bertemu kembali dengan teman-teman Dauntless setia yang tak ingin bersekutu dengan Erudite dan juga bertemu Christina, sahabatnya, kekasih Will. Di Candor pula Tris terpaksa harus mengungkapkan rahasia-rahasianya agar mendapat kepercayaan dari kaum Candor serta Dauntless yang lain. Dan di Candor pula, diputuskan bahwa Four menjadi satu di antara tiga orang yang menjadi pemimpin Dauntless. Four mempengaruhi Dauntless agar mau bersekutu dengan Factionless untuk menyerang Erudite, menghentikan rencana besar yang sedang disusun Jeanine, namun disisi lain, Tris tahu bahwa Factionless juga memiliki rencana besar lain yang tak diketahui Dauntless yaitu untuk menghilangkan faksi, dan membentuk sebuah negara tanpa faksi. Tris tak dapat menyetujui rencana itu, dan pada akhirnya dia membentuk sekutu lain untuk menghentikan Factionless, meskipun itu artinya dia harus mengkhianati Four, kekasihnya, dan mengkhianati faksinya, Dauntless. Tris sadar bahwa ternyata, Evelyn, dua kali lebih jahat dari Jeanine. Tris harus menyelamatkan Jeanine sebelum Jeanine dibunuh karena data yang dicuri dari Abnegation disembunyikan oleh Jeanine, jika Jeanine terbunuh, artinya data itu tak akan pernah diketahui, yang artinya lagi bahwa kehancuran benar-benar terjadi, Factionless akan berkuasa.
Namun akhirnya, data rahasia tersebut dapat disebar luaskan dan ditunjukkan kepada seluruh kaum meskipun Jeanine telah terbunuh, semua itu berkat kaki tangan Jeanine, yakni, Caleb Prior, kakak kandung Tris.
Review :
Insurgent adalah seri kedua dari Trilogy Divergent. Cover untuk Insurgent adalah simbol faksi Amity, faksi yang menjunjung tinggi perdamaian. Itu berarti menunjukkan bahwa inti dari Insurgent ini adalah untuk mencapai sebuah perdamaian, terbukti setelah membaca Insurgent, tujuan Tris adalah untuk menciptakan perdamaian, untuk menyelamatkan seluruh kaum, orang-orang yang disayanginya, termasuk dirinya sendiri.
Berbeda dengan seri pertama yang banyak menceritakan tentang proses inisiasi serta kisah antara Tris dan Four yang tengah dimabuk cinta tanpa konflik yang menggemparkan, di seri kedua inilah ditemukan konflik yang sebenarnya, bukan hanya masalah tentang perpecahan faksi namun juga tentang kepercayaan dan kesetiaan di dalam kisah percintaan Four dan Tris. Bagiku pribadi, Insurgent lebih memuaskan daripada Divergent, lebih dapat masuk ke dalam cerita juga banyak hal-hal yang tak terduga terjadi seperti Peter yang telah dianggap pengkhianat namun ternyata justru menyelamatkan nyawa Tris ketika Jeanine akan membunuhnya, dan membantu Tris serta Four melarikan diri dari Erudite. Serta tentang kenyataan bahwa ternyata Caleb yang selama ini melarikan diri bersama Tris dan Abnegation lain tanpa terduga justru kembali ke Erudite menjadi tangan kanan Jeanine dan membantu Jeanine menciptakan simulasi yang hampir membunuh Tris. Selain itu, emosiku sebagai pembaca lebih dimainkan ketika membaca Insurgent seperti kekesalan karena Tris sang karakter utama selalu bertindak ceroboh dan tak pikir panjang yang ternyata pada akhirnya terbukti bahwa berkat tindakan ceroboh Tris itulah akhirnya data rahasia yang selama ini disembunyikan akhirnya dapat ditunjukkan kepada seluruh kaum. Atau perasaan bersalah ketika harus menghadapi kekasih sahabat yang pernah dibunuh Tris. Bahkan ketika aku harus membalik lembar terakhir Insurgent ada perasaan marah, marah bukan karena cerita yang mengecewakan namun marah karena tidak sabar untuk membaca cerita selanjutnya.
Meskipun tidak terlalu menyukai Divergent namun aku bersyukur tetap melanjutkan membaca Insurgent atau aku akan terlewatkan kisah mendebarkan yang luar di Insurgent. Luar biasa, direkomensasikan bagi yang menyukai genre dystopia.
Pelajaran paling penting yang dapat diambil dari Insurgent adalah bahwa apapun yang terjadi kita harus percaya pada hati kecil kita seperti Tris yang meski dia mempercayai Four, kekasihnya tapi dia tetap melakukan apa yang hati kecilnya katakana termasuk membentuk sekutu untuk melawan Four. Selain itu juga bahwa dalam sebuah peperangan begitu banyak orang tak bersalah yang menjadi korban. Betapa kejamnya peperangan. Semoga dunia ini akan selalu damai.
Terdapat kalimat yang tak ku ingat persis kelimatnya namun aku ingat inti dari kalimat itu bahwa terkadang kita belum mengenal secara pasti seseorang yang kita kenal namun kita tetap memutuskan untuk mempercayainya. Hahaha, sangat sering ditemukan.
Novel yang mengagumkan, luar biasa, mendebarkan, dan candu.
Seri terakhir dari trilogy Divergent dikabarkan akan dirilis tahun ini tepatnya tanggal 22 Oktober. Semoga punya waktu untuk membaca dan membuat reviewnya^^
Seperti hewan liar, kebenaran terlalu kuat untuk dikurung. —Dari manifesto faksi Candor
Sumber : https://monamuliaa.wordpress.com/2013/09/08/review-insurgent-2-novel-of-divergent-trilogy/
Trailer :
0
komentar:
The Lost Symbol - Dan Brown
21.38
Damar Tyas
0 Comments
Judul buku: The Lost Symbol Penulis: Dan Brown Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno Penyunting: Esti B. Habsari dan Andityas Prabantoro Pemeriksa aksara: Deddy S. Penerbit: Bentang Pustaka Tahun terbit: Januari 2010 (cetakan pertama) Tebal buku: 712 halaman ISBN: 978-979-1227-86-5
What is lost... will be found.
"Tangan Misteri yang ditunjukkan penggalan tangan Peter Solomon adalah undangan untukmu, Mr. Langdon. Undangan untuk membuka sebuah portal kuno yang tersembunyi di Washington, DC. Jadi, di manakah portal itu, Profesor?"
***
Robert Langdon, sang simbolog genius yang berhasil memecahkan Da Vinci Code, kembali hadir dalam petualangan berbahaya yang penuh teka-teki. Undangan ceramah di Gedung Capitol, Washington, DC, berubah menjadi undangan kematian. Seseorang meletakkan simbol Tangan Misteri yang dibuat dari penggalan tangan Peter Solomon, sahabat dan mentor Langdon, sekaligus tokoh penting Persaudaraan Mason.
Sang penculik Peter meminta Langdon memecahkan kode-kode kelompok rahasia Mason yang melindungi sebuah lokasi di Washington, DC. Lokasi penyimpanan kebijakan tertinggi umat manusia, yang konon akan membuat pemegangnya mampu mengubah dunia.
Menjelajahi terowongan-terowongan bawah tanah Capitol, Perpustakaan Kongres, kuil-kuil Mason, dan Monumen Washington, Langdon harus berpacu dengan waktu sekaligus menghindari kejaran CIA yang menganggapnya sebagai ancaman nasional. Sebelum tengah malam, Langdon harus sudah berhasil memecahkan teka-teki kelompok Mason. Jika tidak, nyawa Peter akan mengguncang Amerika Serikat dan bahkan dunia bakal tersebar.
RESENSI
Kali ini Dan Brown mengambil Freemasonry sebagai latar ceritanya. Freemasonry atau lebih sering disebut Mason merupakan sebuah kelompok penuh kontroversi. Dituduh sebagai kelompok antiagama, mempraktikkan okultisme hingga dianggap bertujuan menguasai dunia dan menciptakan Tata Dunia Baru sesuai paham mereka, membuat Freemasonry dituding sesat. Kemisteriusan yang menyelubungi kelompok ini terlihat dalam ribet dan peliknya ritual inisiasi anggota baru yang ingin bergabung di dalamnya. Mereka juga menggunakan bahasa simbolik dan menjalankan ritual-ritual ganjil sehingga terkesan bersifat okultisme.
Cerita berawal dari perjalanan Profesor Langdon ke Washington, DC, untuk memenuhi permintaan Peter Solomon. Peter Solomon adalah filantrop, sejarahwan dan ilmuwan yang selama tiga puluh tahun telah membantu dan membimbing Langdon. Meskipun dinasti keluarga Solomon sangat berpengaruh dan luar biasa kaya, Langdon merasakan kehangatan dan kerendahan hati dalam diri pria itu.
Karenanya saat seseorang yang mengaku sebagai asisten Peter menelepon dan atas nama Peter meminta Langdon agar datang ke U.S. Capitol untuk mengisi ceramah, Langdon langsung bersedia.
Tak dinyana, Langdon tertipu. Tidak ada ceramah untuk acara Smithsonian. Yang ada ia disambut potongan tangan Peter Solomon yang difungsikan sebagai Tangan Misteri di tengah Rotunda Capitol.
Langdon dituntut untuk memecahkan simbol-simbol dalam Piramida Mason, yaitu legenda Mason yang menjanjikan harta tak ternilai. Namun ternyata CIA pun ikut campur dengan alasan demi keamanan nasional. Profesor Langdon bukan hanya harus berpacu dengan waktu untuk memecahkan misteri tapi juga harus bermain petak umpet dengan para agen CIA.
------
The Lost Symbol cukup membuat saya kebingungan di awal. Informasi tentang kelompok aliran, simbol-simbol, teologi dan ritual-ritual diluncurkan dengan deras oleh buku ini sehingga membuat saya kewalahan.
Namun seiring waktu, setelah petualangan kejar-kejaran Langdon bersama Katherine Solomon dimulai, saya bisa mencerna. Sedikit. :))))
Saya masih tetap berharap menjadi salah satu mahasiswi Profesor Robert Langdon dan mengambil mata kuliah yang diampunya. Yakin deh, saya nggak bakal bosan di mata kuliahnya ^^ Pengetahuannya tentang sejarah dan simbol gedung-gedung penting Amerika membuat saya takjub. Tapi respek saya makin berkurang di novel kedua ini. Sebagai ahli simbolog, Langdon cukup sulit diyakinkan bahwa Piramida Mason itu ada dan bahwa ada kekayaan besar yang disembunyikan oleh simbol-simbol Piramida Mason. Tentu saja hal itu membuat beberapa bagian terasa membosankan. Dan Brown seolah ingin meyakinkan pembaca yang skeptis, sehingga ia menjadikan Profesor Langdon sangat yakin piramida itu hanya mitos. Jadi ketika Langdon akhirnya teryakinkan, Dan Brown pun sepertinya berharap pembaca akan teryakinkan juga.
Sementara untuk sang antagonis, karakter Mal'akh benar-benar terlihat fanatik. Gila. Karakternya justru lebih kuat daripada Robert Langdon maupun Direktur Inoue Sato, sang penguasa tertinggi Office of Security (OS) CIA yang kemunculannya cukup mencurigakan.
Ada banyak kejutan dalam novel ini, dan cukup mencengangkan. Plot twist-nya membuat saya kembali mengulang membaca hanya untuk memahami cerita dari sudut yang berbeda.
Penerjemahannya bagus dan mengalir tanpa kesalahan eja maupun kesalahan penerjemahan. Sangat mulus. Nikmat banget bacanya :)
Overall, saya menikmati membaca novel ini karena asyik dibawa merumuskan simbol-simbol menakjubkan yang tersebar di jantung Washington, DC. Meskipun bagi saya rasanya masih kurang senikmat membaca The Davinci Code. ;)
TEBAR-TEBAR QUOTE
"Terkadang legenda yang betahan selama berabad-abad ... bertahan untuk alasan tertentu." (hal. 49)
"Kunci masa depan ilmiah kita tersembunyi di masa lalu kita." (hal. 94)
"Pengetahuan adalah alat dan, seperti semua alat lainnya, dampaknya berada di tangan pengguna." (hal. 119)
"Salah paham terhadap simbol-simbol sebuah kebudayaan merupakan akar prasangka yang umum." (hal. 230)
Betapa berbeda dunia seandainya ada lebih banyak pemimpin yang meluangkan waktu untuk merenungkan kematian sebelum berderap menuju peperangan. (hal. 231)
Tubuhku hanyalah wadah bagi harta karunku yang terampuh ... pikiranku. (hal. 409)
"Kebenaran punya kekuatan. Dan, jika kita semua tertarik pada gagasan-gagasan yang serupa, mungkin kita melakukannya karena gagasan-gagasan itu benar ... tertulis jauh di dalam diri kita. Dan ketika mendengar kebenarannya, seandainya pun kita tidak memahaminya, kita merasa bahwa kebenaran itu tidak dipelajari oleh kita, tapi di-panggil ... di-ingat ... di-kenali ... sebagai sesuatu yang sudah ada di dalam kita." (hal. 567)
sumber : http://kendengpanali.blogspot.co.id/2015/09/resensi-lost-symbol-dan-brown-simbol.html
0
komentar:
Change - Taylor Swift (Lirik dan Video )
21.30
Damar Tyas
0 Comments
And it's a sad picture, the final blow hits you Dan sungguh gambar menyedihkan, pukulan terakhir menghantammu
Somebody else gets what you wanted again Lagi-lagi orang lain mendapatkan yang kau mau
You know it's all the same, another time and place Kau tahu semuanya sama saja, hanya beda waktu dan tempat
Repeating history and you're getting sick of it Mengulang sejarah dan kau mulai bosan
But I believe in whatever you do Tapi aku yakin apapun yang kau lakukan
And I'll do anything to see it through Dan kan kulakukan apapun tuk memahaminya
II
Because these things will change Karena semua ini kan berubah
Can you feel it now? Bisakah kau merasakannya?
These walls that they put up to hold us back will fall down Dinding yang mereka dirikan tuk menghalangi kita akan runtuh
This revolution, the time will come Revolusi ini, kan tiba waktunya
For us to finally win Akhirnya kita menang
We sing hallelujah, we sing hallelujah Kita nyanyikan hallelujah
So we've been outnumbered Jadi kita kalah jumlah
Raided and now cornered Diserang dan kini tersudut
It's hard to fight when the fight ain't fair Sulit berjuang saat pertempuran tidaklah adil
We're getting stronger now Kini kita semakin kuat
Find things they never found Temukan hal-hal yang tak pernah mereka temukan
They might be bigger Mereka boleh saja lebih besar
But we're faster and never scared Tapi kita lebih cepat dan tak pernah takut
You can walk away, say we don't need this Kau bolah pergi, katakan kita tak butuh ini
But there's something in your eyes Tapi ada sesuatu di matamu
Says we can beat this Yang berkata kita bisa kalahkan ini
Back to II
Tonight we'll stand, get off our knees Malam ini kita kan berdiri, bangkit
Fight for what we've worked for all these years Perjuangkan yang tlah kita kerjakan selama ini
And the battle was long, it's the fight of our lives Dan perangnya lama, pertempuran hidup kita
And we'll stand up champions tonight Dan kita kan berdiri sebagai pemenang malam ini
It was the night things changed Inilah malam saat segalanya berubah
Do you see it now? Apakah kau melihatnya?
These walls that they put up to hold us back fell down Dinding yang mereka dirikan untuk menghalangi kita tlah runtuh
It's a revolution, throw your hands up Ini revolusi, angkat tanganmu tinggi-tinggi
Cause we never gave in Karena kita tak pernah menyerah
And we'll sing hallelujah, we sang hallelujah Dan kita kan nyanyikan hallelujay, tlah kita nyanyikan hallelujah
Hallelujah
0
komentar:
20.43
Damar Tyas
0 Comments
Dan Brown, Angels & Demons: Illuminati (1)
”Sebagian besar orang Amerika memang tidak menganggap Eropa sebagai pemimpin dunia di bidang penelitian ilmiah. Mereka hanya melihat Eropa tak lebih dari sekadar distrik pertokoan kuno. Sebuah pemikiran yang aneh kalau Anda ingat dari mana Einstein, Galileo dan Newton berasal.”
Itu kata Maximilian Kohler, Direktur Jenderal CERN, Conseil Europeen pour la Recherche Nucleaire, kepada Robert Langdon yang terheran heran dengan besarnya laboratorium di Jenewa Swiss itu. Namun pernyataan selanjutnya mungkin lebih mengejutkan,
".....Sejak awal peradaban, spiritualitas dan agama digunakan untuk mengisi celah-celah yang tidak dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan. Terbit dan tenggelamnya matahari dulu pernah dihubungkan dengan dewa Helios dan kereta kuda berapi. Gempa bumi dan gelombang pasang dianggap sebagai kemarahan dewa Poseidon. Ilmu pengetahuan kini membuktikan bahwa dewa-dewa itu adalah sembahan palsu. Tidak lama lagi Tuhan juga akan terbukti sebagai sembahan palsu. Kini ilmu pengetahuan telah menemukan jawaban untuk hampir semua pertanyaan yang bisa ditanyakan oleh manusia. Hanya ada beberapa pertanyaan yang masih belum terjawab, dan itu semua merupakan pertanyaan pertanyaan yang luar biasa sulit. Dari mana kita berasal? Apa yang kita lakukan di sini? Apa arti kehidupan dan alam semesta?”
Dan Brown memang kontroversial. Skeptisme, atau atheisme ringan saja masuk menjadi bagian dari cerita. Untungnya Brown juga menemukan cabang ilmu baru, neotic, yang lebih ramah terhadap agama dan spiritualitas. Dia menulisnya dalam novel The Lost Symbol.
Tapi apa yang menyebabkan Langdon yang profesor simbologi agama diundang ke fasilitas laboratorium fisika terbesar di dunia? Beberapa saat yang lalu, seorang ilmuwan mereka Leonardo Vetra dibunuh dengan dada korban terbakar membentuk ambigram Illuminati.... Simbol ini yang menyebabkan Kohler memanggil Robert. ".....Kata Illuminati berarti ’mereka yang tercerahkan’. Itu adalah nama sebuah persaudaraan kuno.” ujar Langdon. Berikut adalah dialog Langdon - Kohler yang telah saya ringkas:
”Sejak awal peradaban, sebuah jurang dalam telah terbentuk di antara ilmu pengetahuan dan agama. Ilmuwan ilmuwan yang berani bicara seperti Copernicus dibunuh oleh gereja karena mereka menguak kebenaran ilmiah. Tetapi pada tahun 1500-an, sebuah kelompok di Roma melawan gereja. Beberapa orang Italia yang sangat terpelajar, seperti para ahli fisika, matematika, dan ahli astronomi, diam-diam mulai mengadakan pertemuan untuk berbagi keprihatinan terhadap pengajaran gereja yang tidak benar. Mereka takut kalau monopoli gereja pada ’kebenaran’ akan mengancam pencerahan ilmuwan di seluruh dunia. Mereka mendirikan sebuah think tank, lembaga pemikir pertama di dunia, dan menyebut diri mereka sendiri sebagai ’orang-orang yang tercerahkan.’ Kelompok Illuminati itu. Tentu saja kelompok Illuminati itu diburu dengan kejam oleh Gereja Katolik. Hanya karena mereka dapat bersembunyi dengan baik, mereka bisa selamat. Pemikiran mereka pun tersebar ke seluruh ilmuwan bawah tanah, dan persaudaraan Illuminati berkembang serta melibatkan seluruh ilmuwan di seluruh Eropa. Para ilmuwan itu mengadakan pertemuan secara teratur di Roma di sebuah markas yang sangat dirahasiakan yang mereka sebut Gereja Illuminati.”
Gereja kemudian mulai kampanye untuk memberangus kelompok ini. Mereka di kejar kejar dan dibunuh. Banyak yang kemudian melarikan diri ke luar Italia. Akhirnya mereka 'menemukan' persaudaraan 'rahasia' juga, yang dapat melindungi mereka. Mereka menamakan diri Mason.... Para Illuminati ini kemudian masuk ke jajaran elit persaudaraan Mason. Jadinya semacam 'persaudaraan rahasia' dalam 'persaudaraan rahasia'. Mereka lambat laun memanfaatkan Mason untuk tujuan mereka.
”Kaum Illuminati berkembang menjadi semakin kuat di Eropa dan mulai memandang Amerika sebagai pemerintahan yang belum berpengalaman. Banyak dari pemimpin bangsa Amerika adalah anggota kelompok Mason, seperti George Washington dan Benjamin Franklin. Mereka adalah orang-orang yang jujur, taat kepada Tuhan tapi tidak menyadari cengkeraman kuat Illuminati dalam diri mereka. Kaum Illuminati mengambil keuntungan dari penyusupan itu dan berhasil mendirikan bank, berbagai perguruan tinggi, dan membangun industri untuk mendanai tujuan utama mereka.” Langdon berhenti sejenak. ”Tujuan mereka adalah dunia yang bersatu, semacam konsep New World Order atau Tata Dunia Baru yang sekuler.”
Gereja kemudian mencap mereka sebagai 'perkumpulan setan'. Suara Langdon terdengar muram. ”Pak Kohler, saya tidak tahu bagaimana atau kenapa tanda itu tercetak di dada Vetra ... tetapi anda sedang melihat simbol dari sebuah perkumpulan setan terkuat di dunia yang sudah lama tak tentu rimbanya.”
Jika anda mulai samar samar menemukan jalinan benang merah antara Angles & Demons, The Da Vinci Code, dan The Lost Symbol, memang begitu lah adanya. Ketiga lakon tersebut dijalani oleh bujangan profesor Harvard spesialis simbologi agama, Robert Langdon. Digambarkan sebagai pria berbusana sederhana, mengenakan jam tangan Mickey Mouse, melakukan olah raga berenang untuk menjaga kebugaran tubuh, dan senang bergaul dengan para mahasiswanya. Rumah yang dia tempati di Massachusetts bergaya Victoria dengan langit langit tinggi. Dia suka kebebasan. Dia menghindar untuk berumah tangga karena berpikir format rumah tangga mungkin akan mengurangi kebebasannya mengeksplorasi hobinya akan simbologi.
Seorang rekannya bertanya,
"Anda percaya Tuhan, Mr. Langdon?"
Jawaban Robert,
"Saya ingin mempercayai Tuhan...."
Trailer Film
0
komentar:
EXPOSE SPERO - IX E SMPN 2 Muntilan
20.15
Damar Tyas
0 Comments
0
komentar:
[RESENSI] Inferno by Dan Brown: Karya Sastra yang nyaris seperti Kitab Suci
20.12
Damar Tyas
1 Comments
Judul : Inferno Pengarang : Dan Brown Tebal : 639 halaman Harga : Rp 125.000,- Penerbit : Bentang Pustaka
Tempat tergelap di neraka dicadangkan bagi mereka yang tetap bersikap netral di saat krisis moral
Robert Langdon terbangun di sebuah rumah
sakit di Florence dengan keadaan kepala berjahit dan amnesia cukup
parah. Langdon kehilangan ingatan jangka pendeknya yang merupakan alasan
mengapa ia bisa tiba di Florence dengan keadaan seperti itu.
Dalam keadaan cukup panik, Langdon juga dikejutkan dengan kenyataan
bahwa dirinya juga dijadikan target oleh seorang pembunuh bayaran serta
sepasukan lengkap berseragam hitam milik pemerintah. Dengan bantuan
seorang dokter yang bernama Sienna, Langdon pun mengetahui bahwa dirinya
membawa suatu benda yang menjadi kunci dari seluruh perjalanan anehnya
ini.
Benda itu berbentuk stempel kuno yang memberikan sebuah petunjuk, dimana
seluruh rangkaian kejadian ini berhubungan dengan salah satu mahakarya
terhebat yang pernah diciptakan. Rangkaian puisi karya Dante Alighieri
yang berjudul Inferno (neraka).
Tak jauh dari rumah sakit tempat Langdon dirawat, enam hari yang lalu
ditemukan jasad seorang laki-laki yang disinyalir menjatuhkan dirinya
dari puncak salah satu menara paling terkenal di Florence. Dan laki-laki
tersebut merupakan salah satu klien terpenting dari sebuah organisasi
paling rahasia di seluruh dunia, Konsorsium.
Lalu apa hubungan antara pemerintah denga organisasi tersebut? Dan
bagaimana Langdon pada akhirnya mampu mengetahui arti dibalik semua
petunjuk yang diberikan oleh stempel kuno tersebut?
Buku terbaru karya Dan Brown ini
sekali lagi menawarkan penulisan yang sangat sangat sangat Dan Brown
sekali. Semua alur,cara pengenalan tokoh-tokohnya, konflik yang
ditawarkan hingga cara pemecahannya.
Bagi yang sudah pernah membaca The Da Vinci Code maupun Angel &
Demon pasti akan mengetahui apa yang aku maksud dengan ‘khas’ Dan Brown
tersebut. Sebenarnya hal ini cukup membuat agak sedikit bosan di awal,
namun sekali lagi buku ini masih sangat menarik untuk diikuti.
(Apa mungkin aku bias ya? Hahahaha)
Inferno sendiri adalah bagian pertama dari mahakarya seorang penyair besar yang bernama Dante Alighieri yang berjudul The Divine Comedy (Komedi Ketuhanan). Sedangkan bagian kedua berjudul Purgatorio (Penebusan) dan bagian ketiga berjudu Paradiso (Surga).
Meskipun berjudul komedi, namun The Divine Comedy
ini sama sekali bukan karya yang berisi lelucon.Komedi di sini lebih
diartikan karena Dante menuliskannya dengan bahasa Italia modern atau
lebih dikenal dengan bahasa rakyat.
Karena pada jaman itu, semua karya yang menggunakan bahasa modern akan
dianggap kurang sopan atau dalam hal ini disebut sebagai bahasa kelas
dua. Maka dari itu disebut sebagai bahasa komedi (lelucon) yang sering
dipakai sehari-hari.
Namun justru dikarenakan bahasanya yang
mudah dimengerti maka pesan-pesan yang disampaikan oleh buku ini menjadi
sangat mudah terpatri di dalam benak setiap orang yang membacanya.
Bahkan menurut sejarahnya setelah buku
ini terbit, Inferno menjadi semacam pengingat akan dosa yang harus
dihindari. Dan dengan detail neraka versi Dante, banyak orang yang
kemudian memilih untuk bertobat. Denga kata lain, buku ini lebih efektif
mengajak orang untuk ke Gereja daripada Alkitab pada jaman itu.
The Divine Comedy yang diterbitkan pada tanggal 11 April 1472 – Wikipedia
The Divine Comedy ini konon katanya juga membuat Dante
mendapatkan apresiasi yang mendalam dari berbagai macam seniman kelas
atas. Bahkan pembuat patung David yang tersohor itu juga ikut menuliskan
pendapatnya akan penyair tersebut.
Tidak pernah ada di dunia, orang yang lebih hebat daripada dia.
-Michelangelo
Dante hidup di Florence, Italia dari tahun 1265 sampai dengan tahun
1321. Kehidupan Dante sendiri sebenarnya sangat normal seperti layaknya
orang kebanyakan, hingga pada akhirnya ia bertemu dengan seorang wanita
bernama Beatrice Portinari yang menjadi cinta matinya seumur hidup dan
inspirasi utamanya. Sayangnya cinta Dante bertepuk sebelah tangan karena
Beatrice pada akhirnya menikah dengan pria lain.
Lukisan diri Dante membawa buku The Divine Comedy yang dulukis oleh Michelino dan saat ini tergantung di Il Duomo – Florence
Inferno adalah bab yang menceritakan perjalanan Dante ke
sepuluh tingkat neraka. Dalam karyanya, Dante memakai tiga nama wanita,
Virgil, Maria dan Beatrice. Dalam perjalanan ke neraka, Dante ditemani
oleh Virgil. Sedangkan perjalanan penebusannya Dante di temani oleh
Maria dan dalam perjalanan ke surga ia ditemani oleh Beatrice.
(Pas tau hal ini jujur aku mikir: oh ternyata Dante juga
manusia, dia bisa galau, terbukti pas ke surga aja dia bayanginnya sama
Beatrice. Ya semacam kata Fadli PADI: meskipun aku di surga… tetap ku
tak bahagia, karena itu tanpamu… )
Interpretasi Inferno karya Dante ini kemudian dituangkan oleh
salah satu seniman besar yang bernama Botticelli yang melukiskan
bagaimana gambaran tingkatan neraka versi Dante. Lukisan yang terkenal
dengan nama La Mappa dell’Inferno atau dalam bahasa Inggris disebut dengan: Map of Hell.
Map of Hell karya Botticelli ini digambarkan sebagai
irisan-melintang di bumu denga lubang besar berbentuk corong yang
kedalamannya tak terhingga. Lubang neraka ini dibagi menjadi teras-teras
menurun dengan penderitaan yang semakin hebat. Setiap tingkat dihuni
oleh masing-masing jenis pendosa yang tersiksa.
Map of Hell by Botticelli
Adapun tingkatan dosa itu diambil dari mnemonik Latin yang diciptakan
oleh Vatikan pada Abad Pertengahan untuk mengingatkan umat Kristiani
pada Tujuh Dosa Besar. Disingkat dengan nama SALIGIA yang berarti Superbia (kesombongan), Avaritia (keserakahan), Luxuria (hawa nafsu), Invidia (kecemburuan), Gula (kerakusan), Ira (kemarahan) dan Acedia (kemalasan).
(Mungkin karena aku muslim, daripada gambaran Inferno ini buat
aku lebih serem
buku-saku-siksa-neraka-yang-dulu-terbit-jaman-tahun-90an-itu >_<
dan dalam Islam, tujuh dosa besar ini juga termasuk dalam kategori dosa
=_= semua agama itu pada hakikatnya selalu mengajak kearah yang benar
^^)
Seperti sebelumnya, kali ini Dan Brown juga mengajak pembacanya untuk
menelusuri berbagai macam karya seni yang ada di dunia. Untuk Inferno
kali ini, para pembaca akan diajak untuk berjalan-jalan dalam imajinasi
di kota tua Florence, Venesia dan berakhir di Turki.
Yang pertama adalah Gerbang Porta Romana yang di jelaskan di Bab 20.
Gerbang ini dibangun pada tahun 1320 dan pernah dijadikan sebagai tempat
Bazar Kontrak atau Fiera dei Contratti. Dimana pada jaman itu
para orang tua seringkali memaksa anak-anak perempuan mereka untuk kawin
kontrak dan mendapatkan mas kawin yang tinggi.
Di dalam buku, gerbang ini merupakan
tempat pertama dari pelarian Langdon bersama Dokter Sienna ketika
dikejar oleh pembunuh bayaran.
Porta Romana – Florence, Italia
Di bab 21, para pembaca akan bertemu dengan dengan lukisan karya seniman Vasari yang dibuat pada tahun 1563 dan tergantung di Palazzo Vecchio, Florence. Lukisan ini menyimpan misteri akan arti kata Cerca Trova (cari dan temukan) yang hanya bisa dilihat dengan memakai binocular (teropong).
Kata-kata inilah yang menjadi inspirasi Langdon pertama kali akan misteri yang ia pecahkan.
Tulisan Cerca Trova yang terpampang dalam lukisan yang tergantung di Hall of Five Hundred
Bab 27 akan banyak menceritakan tentang istana keluarga Medici. Keluarga
bangsawan kaya raya yang berjaya hingga empat abad namun pada akhirnya
harus mengangalami kebangkrutan di akhir tahun 1700 atau abad ke delapan
belas.
Istana keluarga Medici menjadi tempat
persembunyian Langdon ketika dikejar oleh para tentara berseragam hitam.
Mulai dari Institut Seni, Boboli Garden dan pada akhirnya bersembunyi
di gua buatan.
Instituto Statale D’arte (Institut Seni) yang dulunya merupakan kediaman keluarga bangsawan Medici pada abad ke 15
Boboli Garden – Taman labirin yang dibuat khusus sesuai pesanan keluarga Medici
Buontalenti
Grotto – Gua buatan yang terdiri dari tiga pintu masuk yang terdapat
banyak patung-patung seni yang dipilih langsung oleh keluarga Medici
sebagai penjaganya
Bab 37 menceritakan tentang kunjungan Langdong ke Palazzo Vecchio. Memasuki The Hall of Five Hundred, berjalan terus ke arah Lo Studiolo untuk bisa melihat secara dekat muka asli Dante Alighieri yang tercetak dalam topeng kematiannya sendiri.
Dengan menemukan topeng kematian Dante, pada akhirnya satu persatu misteri mulai terkuak.
Palazzo Vecchio – salah satu ikon Florence
The
Hall of Five Hundred – dinamakan seperti fungsinya untuk menjamu 500
orang tamu pada jamannya. Di sisi kanan terlihat lukisan dimana tulisan
Cerca Trova berada.
Lo Studiolo – sebuah studio pribadi yang digunakan oleh para bangsawa untuk menyendiri
Topeng
kematian Dante – dimana para wisatawan dapat melihat raut muka asli
dari penyair Dante. Topeng kematian ini diceritakan berada di dalam Lo
Studiolo
Bab 51 akan mengajak pembaca ke dalam Museo Casa Di Dante kemudian berlanjut ke rumah suci Chiesa atau yang lebih dikenal dengan nama Gereja Dante yag terletak di Santa Margherita dei Cerchi.
Gereja
Dante – konon katanya makam Beatrice Portinari diletakkan disini. Dan
pada akhirnya gereja ini menjadi rujukan para pendoa yang mengalami
cinta bertepuk sebelah tangan, layaknya Dante kepada Beatrice
Pada Bab 53 para pembaca akan bertemu dengan pusat spiritual kuno di Florence, yaitu Katedral Santa Maria del Fiore atau yang lebih dikenal dengan julukan Il Duomo.
Il Duomo – Katedral yang menjadi ikon utama Florence
Bab 72 pembaca akan bertemu dengan Basilika Santo Markus dengan keempat
patung kuda perunggunya yang merupakan salah satu hasil dari jarahan
saat perang salib berlangsung.
Disinilah pada akhirnya Langdon
benar-benar memahami semua misteri yang dimaksud. petunjuk-petunjuk yang
pada akhirnya membuat ia sadar bahwa terjadi kekeliruan dalam
pemikirannya.
Basilika Santo Markus
Kuda
perunggu Santo Markus. Kalung leher yang dipakai oleh kuda disinyalir
sebagai penyangga kepala Kuda yang sengaja di potong agar mudah di bawa
di dalam kapal saat dibawa kembali ke Venesia
Kemudian perjalanan di lanjutkan ke negara tempat persimpangan timur dan
barat berlangsung. Negara sekuler dimana semua kepercayaan barat dan
timur bisa berdiri bersebelahan.
Perjalanan ke Istanbul, Turki yang pertama adalah melewati Blue Mosque, kemudian Hagia Sophia dan berhenti pada waduk kuno Yerebatan Sarayi (Istana yang Tenggelam).
Masjid Biru atau yang disebut dengan Blue Mosque
Hagia
Sophia – pilar berbentuk seperti peluru raksasan itu diyakini sebagai
simbol dari masa-masa berat pada jaman Hagia Sophia didirikan
Interior
lapis kedua di dalam Hagia Sophia. Dulunya Hagia Sophia ini berfungsi
sebagai gereja, namun ketika konstatinopel jatuh ke tangan pejuang
muslim saat perang salib, maka Hagia Sophia berubah fungsi menjadi
masjid. Namun sekarang digunakan sebagai museum.
Lebih
dekat – bagian tengah merupakan semacam altar dengan dinding bergambar
Yesus Kristus namun diapit tulisan kaligrafi bertulisakan Allah dan
Muhammad di kedua sisi pilar.
Waduk Yarebatan Sarayi atau Waduk Istana yang Tenggelam dulunya berfungsi sebagai waduk utama kota Istanbul
Hingga kini Yarebata Sarayi masih digenagi air jernih yang merupakan daya tarik utama wisatawan
patung
kepala medusa yang diletakkan secara terbalik di dalam waduk yang
menjadi simbol pendosa yang juga disebutkan di dalam Inferno karya Dante
Sama seperti buku terdahulunya, Dan Brown selalu berhasil menggabungkan
apa yang menjadi issue yang sekarang lagi marak dibicarakan dengn
hal-hal yang berkaitan dengan symbol dan sejarah. Membuat para
pembacanya seakan-akan benar mempercayai bahwa apa yang tertulis di situ
adalah benar adanya.
Saking tipisnya perbedaan antara fiksi dengan fakta yang disajikan, kita
sebagai pembaca harus benar-benar jeli. Namun untuk buku Inferno kali
ini perbedaanya masih bisa diketahui. Karena issue yang dibahas itu
sangatlah bertolak belakang dengan karya sastra Dante yang menjadi
patokan.
Buat aku pribadi, menghabiskan 639 halaman dalam lima hari itu termasuk
cukup panjang. Kenapa? Karena ya seperti yang aku bilang di awal
menurutku ini agak sedikit cukup bertele-tele. Ditambah dengan beberapa
istilah yang membuat aku harus membacanya berulang-ulang baru bisa aku
cerna.
Ya ditambah waktu kerja yang selalu sampai malam, jadi bacanya juga
curi-curi waktu. Dari segi terjemahan menurutku ini bagus. Tidak membuat
bingung dan bisa dibaca dengan mudah. Istilahnya tidak membuat orang
berfikir untuk membaca versi aslinya karena bingung akan bahasa
terjemahan yang dipakai.
Yang paling aku suka adalah di bagian akhirnya, dimana diselipkan banyak
sekali pemikiran mengenai issue yang dibahas. Pembaca diajak untuk ikut
lebih peka terhadap hal-hal disekitar terutama untuk daerah abu-abu
kehidupan. Lalu mengenai teori penyangkalan serta hal-hal yang memang
menjadi polemik tersendiri hingga saat ini dan dapat dijadikan sebagai
sebuah renungan.
Mengenai teori apa yang dibahas atau
konsep apa yang dipakai dalam buku ini sebenarnya aku pengen banget buat
jelasin, tapi aku pikir itu akan menjadi spoiler yang tidak terbantah.
Karena justru itu yang menjadi kunci dari misteri yang dibahas dalam
buku ini, jadi lebih baik bila dibaca sendiri hehehe.
Yang pasti Dan Brown juga mengaitkan cerita ini dengan wabah hitam atau yang lebih dikenal dengan The Black Death. Wabah ini terjadi pada tahun 1348 ~ 1350 dan menewaskan 75 ~ 200 juta warga Eropa, atau sekitar hampir 60% populasi.
Seperti biasa, Brown juga tetap
menyelipkan karakter Langdon yang memang diceritakan seorang Darwinian.
Atau seseorang yang lebih meyakini fakta daripada sebuah keyakinan akan
agama. Meskipun pekerjaan Langdon adalah seorang ahli simbol yang
rata-rata selalu berkaitan dengan simbol keagamaan.
Dari sini banyak pembaca setia Brown yang
secara tidak langsung meyakini bahwa Brown sebenarnya ingin menunjukkan
sedikit pembangkangan terhadap Vatikan. Yang mana sudah ia lakukan
semenjak jaman kontroversi akan sifat keilahian Yesus dalam buku The Da
Vinci Code.
Kesimpulannya buku ini sangat direkomendasikan buat yang suka fiksi
sejarah. Hanya saja aku berharap Dan Brown dikedepannya bisa membuat
yang setara dengan The Da Vinci Code. Namun paling tidak dengan harga
seratus dua puluh lima ribu aku bisa menutup buku dengan puas untuk kali
ini.
Last, kutipan pembuka di atas adalah kunci dari seluruh rangkaian
peristiwa yang terjadi. Dimana jika di telaah lebih lanjut kalimat itu
akan berbunyi:
Dalam masa berbahaya (krisis) tidak ada dosa yang lebih besar daripada tetap diam.
sumber : https://saladbowldetrois.com/2013/12/08/resensi-inferno-by-dan-brown-karya-sastra/
Trailer Film
1 komentar:
Resensi Novel : The Da Vinci Code - Dan Brown
20.07
Damar Tyas
1 Comments
Judul : The Da Vinci Code
Penulis : Dan brown
Tahun Terbit : 2003
Penerjemah : Isma B. Koesalamwardi
Penyerasi : Zaki Peaba
Genre : Mystery, Thriller,
ISBN : 1400079179
Sinopsis
Jacques Saunire adalah seorang ahli
simbologi dan kurator seni dari museum louvre, Paris - Perancis. Ia ditemukan
meninggal di museumnya dengan tubuh telanjang bulat membentuk sebuah simbol
vitruvian man—lukisan
karya Leonardo da Vinci—dan
perut yang dilukis simbol pentakel menggunakan darahnya sendiri pada jam 23.00
malam. Di sampingnya, tertulis juga pesan ‘PS Robert Langdon’ dan sebuah simbol
pentakel yang lebih besar mengelilingi tubuhnya. Sebelum meninggal, ia
mempunyai janji untuk bertemu dengan seorang simbolog terkenal dari Universitas
Harvard yang kebetulan sedang dalam jadwal ceramahnya di Paris.
Bezu
fache, seorang kepala kepolisian DCPJ (Direction Centrale Police judiciaire)
yang menyelidiki kasus ini, meminta Robert Langdon untuk menyelidiki
simbol-simbol yang terdapat pada Jacques Saunire. Fache sebenarnya mencurigai
Langdon, dan telah ia menghapus pesan ‘PS Robert Langdon’ di lantai tersebut
demi membuat penyidikan secara tidak langsung tersebut berjalan lancar. Tapi
ditengah-tengah penyidikan, salah seorang agen Kriptologi dari DCPJ dengan
lihai memberi tahu Langdon yang sebenarnya tentang maksud Bezu Fache tersebut.
Kriptolog tersebut adalah Sophie Neveu, cucu dari Jacques Saunire.
Langdon mempercayai ucapan Sophie tersebut. Dengan bantuannya ia lalu melarikan diri dari incaran Fache. Bezu Fache pun
tak segan langsung menjadikannya tersangka dan buronan. Pemberitaannya segera
menyebar di media. Bersama Sophie Neveu, ia memulai petualangan memecahnkan
pesan tersembunyi di balik simbol-simbol dari kematian Jacques Saunire
tersebut, yang kemudian membawa mereka pada fakta bahwa Saunire adalah seorang
mahaguru dari organisasi rahasia bernama biarawan sion. Organisasi ini
mempunyai misi untuk membawa rahasia besar tentang holy grail secara lisan.
Holy grail menyimpan fakta besar mengenai kehidupan Jesus Christus dan Maria
Magdalena.
Di tengah kebuntuan mereka dalam memecahkan kode untuk membuka Cryptex—benda
seukuran botol mineral yang menyimpan peta letak holy grail, mereka mendatangi seorang ahli sejarah
kaya asal London yang juga penggila grail, Leigh teabing. Selain mereka, ada
juga organisasi Kristen ‘Opus dei’ yang sangat mengincar holy grail secara diam-diam. Berdasarkan
fakta yang mereka dapat tentang holy grail, petualangan berlanjut menuju London
menggunakan pesawat pribadi Teabing. Di sana, Cryptex berhasil direbut oleh
Remy Legaludec—pelayan
Teabing—dan juga tawanan mereka, Silas—seorang
anggota Opus dei, yang ternyata keduanya bergerak di bawah perintah seseorang
yang disebut sang guru.
Akankah mereka berhasil mendapatkan Cryptex kembali dan memecahkan kodenya?
Akankah mereka bisa menemukan letak Holy Grail? Lalu siapakah itu Sang Guru?
Apa hubungannya dengan Opus dei? Apa motif mereka dibalik keinginannya
memperoleh holy grail?
Resensi
Novel ini bisa dikatakan
sangat sempurna dalam berbagai aspek.
Pertama-tama saya ingin mengakui bahwa karya Dan
Brown yang satu ini adalah salah satu novel cerdas. Ini merupakan seri pertama
dari petualangan Robert Langdon yang merupakan protagonis terbaik yang pernah
dibuat oleh Mr. Brown.
Kalau dilihat dari segi ceritanya, Dan Brown
telah berhasil menunjukkan kepiawaiannya dalam mengolah sejarah dan teori-teori
konspirasi yang ada. Penulis menciptakan suasana yang luar biasa mendebarkan
dalam setiap bab. Menyelipkan misteri dan teka-teki yang jawabannya akan
membimbing pembaca pada teki-teki yang baru. Membacanya akan membuat pembaca
merasa seolah berjalan didalam labirin rumit dan berusaha mencari jalan keluar
yang seolah-seolah tidak pernah dan tidak akan pernah ada. Cerita ini merupakan
salah satu cerita yang paling mengguncang iman dan mengancam keberlangsungan
suatu tradisi agama. Aksi mendebarkan selalu diselipkan Brown sebagai penambah
kemeriahan teka-tekinya.
Meskipun
merupakan jenis bacaan yang berat, dan Brown beraksi layaknya guru matematika
sekaligus pendongen taman kanak-kanak. Dan Brown tahu betul bagaimana caranya
membuat bacaan ini tidak membosankan dengan menggabungkan aksi dan misteri
secara bersama-sama dengan timing yang tepat. Sangat hebat.
Kalau ditinjau
dari sudut pandangnya, Dan Brown menggunakan sudut pandang orang ketiga serba
tahu. Meskipun, kedengaran tidak cocok
untuk novel bergenre misteri, percayalah, Dan Brown tahu betul apa yang dia
tulis dan apa yang diinginkan oleh pembaca. Setiap teka-teki tetap terbungkus
rapi dalam sudut pandangnya dan memberi kesan yang sangat luar biasa.
Novel ini tidak
tergesa-gesa dalam menyampaikan ceritanya, sehingga tidak terkesan mengejar
klimaks. Para pembaca dibuat betul-betul penasaran. Sehingga pembacalah yang
akan tergesah-gesah dalam membacanya (saran saya sebaiknya santai saja dan
menikmati jalannya cerita). Hal ini dikarenakan pembaca menuntut jawaban akan
teka-teki yang ada sehingga menjadi kecanduan untuk terus membaca dan membaca
setiap bab yang ada.
Novel ini
benar-benar menunjukkan kesempurnaan.
sumber : http://napibiak97.blogspot.co.id/2014/11/resensi-da-vinci-code.html Trailer Film
0 komentar: