[RESENSI] Inferno by Dan Brown: Karya Sastra yang nyaris seperti Kitab Suci
Judul : Inferno
Pengarang : Dan Brown
Tebal : 639 halaman
Harga : Rp 125.000,-
Penerbit : Bentang Pustaka
Tempat tergelap di neraka dicadangkan bagi mereka yang tetap bersikap netral di saat krisis moral
Robert Langdon terbangun di sebuah rumah
sakit di Florence dengan keadaan kepala berjahit dan amnesia cukup
parah. Langdon kehilangan ingatan jangka pendeknya yang merupakan alasan
mengapa ia bisa tiba di Florence dengan keadaan seperti itu.
Dalam keadaan cukup panik, Langdon juga dikejutkan dengan kenyataan
bahwa dirinya juga dijadikan target oleh seorang pembunuh bayaran serta
sepasukan lengkap berseragam hitam milik pemerintah. Dengan bantuan
seorang dokter yang bernama Sienna, Langdon pun mengetahui bahwa dirinya
membawa suatu benda yang menjadi kunci dari seluruh perjalanan anehnya
ini.
Benda itu berbentuk stempel kuno yang memberikan sebuah petunjuk, dimana
seluruh rangkaian kejadian ini berhubungan dengan salah satu mahakarya
terhebat yang pernah diciptakan. Rangkaian puisi karya Dante Alighieri
yang berjudul Inferno (neraka).
Tak jauh dari rumah sakit tempat Langdon dirawat, enam hari yang lalu
ditemukan jasad seorang laki-laki yang disinyalir menjatuhkan dirinya
dari puncak salah satu menara paling terkenal di Florence. Dan laki-laki
tersebut merupakan salah satu klien terpenting dari sebuah organisasi
paling rahasia di seluruh dunia, Konsorsium.
Lalu apa hubungan antara pemerintah denga organisasi tersebut? Dan
bagaimana Langdon pada akhirnya mampu mengetahui arti dibalik semua
petunjuk yang diberikan oleh stempel kuno tersebut?
Buku terbaru karya Dan Brown ini
sekali lagi menawarkan penulisan yang sangat sangat sangat Dan Brown
sekali. Semua alur,cara pengenalan tokoh-tokohnya, konflik yang
ditawarkan hingga cara pemecahannya.
Bagi yang sudah pernah membaca The Da Vinci Code maupun Angel &
Demon pasti akan mengetahui apa yang aku maksud dengan ‘khas’ Dan Brown
tersebut. Sebenarnya hal ini cukup membuat agak sedikit bosan di awal,
namun sekali lagi buku ini masih sangat menarik untuk diikuti.
(Apa mungkin aku bias ya? Hahahaha)
Inferno sendiri adalah bagian pertama dari mahakarya seorang penyair besar yang bernama Dante Alighieri yang berjudul The Divine Comedy (Komedi Ketuhanan). Sedangkan bagian kedua berjudul Purgatorio (Penebusan) dan bagian ketiga berjudu Paradiso (Surga).
Meskipun berjudul komedi, namun The Divine Comedy
ini sama sekali bukan karya yang berisi lelucon.Komedi di sini lebih
diartikan karena Dante menuliskannya dengan bahasa Italia modern atau
lebih dikenal dengan bahasa rakyat.
Karena pada jaman itu, semua karya yang menggunakan bahasa modern akan
dianggap kurang sopan atau dalam hal ini disebut sebagai bahasa kelas
dua. Maka dari itu disebut sebagai bahasa komedi (lelucon) yang sering
dipakai sehari-hari.
Namun justru dikarenakan bahasanya yang
mudah dimengerti maka pesan-pesan yang disampaikan oleh buku ini menjadi
sangat mudah terpatri di dalam benak setiap orang yang membacanya.
Bahkan menurut sejarahnya setelah buku
ini terbit, Inferno menjadi semacam pengingat akan dosa yang harus
dihindari. Dan dengan detail neraka versi Dante, banyak orang yang
kemudian memilih untuk bertobat. Denga kata lain, buku ini lebih efektif
mengajak orang untuk ke Gereja daripada Alkitab pada jaman itu.
The Divine Comedy ini konon katanya juga membuat Dante mendapatkan apresiasi yang mendalam dari berbagai macam seniman kelas atas. Bahkan pembuat patung David yang tersohor itu juga ikut menuliskan pendapatnya akan penyair tersebut.
Tidak pernah ada di dunia, orang yang lebih hebat daripada dia.
-Michelangelo
Dante hidup di Florence, Italia dari tahun 1265 sampai dengan tahun
1321. Kehidupan Dante sendiri sebenarnya sangat normal seperti layaknya
orang kebanyakan, hingga pada akhirnya ia bertemu dengan seorang wanita
bernama Beatrice Portinari yang menjadi cinta matinya seumur hidup dan
inspirasi utamanya. Sayangnya cinta Dante bertepuk sebelah tangan karena
Beatrice pada akhirnya menikah dengan pria lain.
Inferno adalah bab yang menceritakan perjalanan Dante ke
sepuluh tingkat neraka. Dalam karyanya, Dante memakai tiga nama wanita,
Virgil, Maria dan Beatrice. Dalam perjalanan ke neraka, Dante ditemani
oleh Virgil. Sedangkan perjalanan penebusannya Dante di temani oleh
Maria dan dalam perjalanan ke surga ia ditemani oleh Beatrice.
(Pas tau hal ini jujur aku mikir: oh ternyata Dante juga
manusia, dia bisa galau, terbukti pas ke surga aja dia bayanginnya sama
Beatrice. Ya semacam kata Fadli PADI: meskipun aku di surga… tetap ku
tak bahagia, karena itu tanpamu… )
Interpretasi Inferno karya Dante ini kemudian dituangkan oleh
salah satu seniman besar yang bernama Botticelli yang melukiskan
bagaimana gambaran tingkatan neraka versi Dante. Lukisan yang terkenal
dengan nama La Mappa dell’Inferno atau dalam bahasa Inggris disebut dengan: Map of Hell.
Map of Hell karya Botticelli ini digambarkan sebagai
irisan-melintang di bumu denga lubang besar berbentuk corong yang
kedalamannya tak terhingga. Lubang neraka ini dibagi menjadi teras-teras
menurun dengan penderitaan yang semakin hebat. Setiap tingkat dihuni
oleh masing-masing jenis pendosa yang tersiksa.
Adapun tingkatan dosa itu diambil dari mnemonik Latin yang diciptakan
oleh Vatikan pada Abad Pertengahan untuk mengingatkan umat Kristiani
pada Tujuh Dosa Besar. Disingkat dengan nama SALIGIA yang berarti Superbia (kesombongan), Avaritia (keserakahan), Luxuria (hawa nafsu), Invidia (kecemburuan), Gula (kerakusan), Ira (kemarahan) dan Acedia (kemalasan).
(Mungkin karena aku muslim, daripada gambaran Inferno ini buat
aku lebih serem
buku-saku-siksa-neraka-yang-dulu-terbit-jaman-tahun-90an-itu >_<
dan dalam Islam, tujuh dosa besar ini juga termasuk dalam kategori dosa
=_= semua agama itu pada hakikatnya selalu mengajak kearah yang benar
^^)
Seperti sebelumnya, kali ini Dan Brown juga mengajak pembacanya untuk
menelusuri berbagai macam karya seni yang ada di dunia. Untuk Inferno
kali ini, para pembaca akan diajak untuk berjalan-jalan dalam imajinasi
di kota tua Florence, Venesia dan berakhir di Turki.
Yang pertama adalah Gerbang Porta Romana yang di jelaskan di Bab 20.
Gerbang ini dibangun pada tahun 1320 dan pernah dijadikan sebagai tempat
Bazar Kontrak atau Fiera dei Contratti. Dimana pada jaman itu
para orang tua seringkali memaksa anak-anak perempuan mereka untuk kawin
kontrak dan mendapatkan mas kawin yang tinggi.
Di dalam buku, gerbang ini merupakan
tempat pertama dari pelarian Langdon bersama Dokter Sienna ketika
dikejar oleh pembunuh bayaran.
Di bab 21, para pembaca akan bertemu dengan dengan lukisan karya seniman Vasari yang dibuat pada tahun 1563 dan tergantung di Palazzo Vecchio, Florence. Lukisan ini menyimpan misteri akan arti kata Cerca Trova (cari dan temukan) yang hanya bisa dilihat dengan memakai binocular (teropong).
Kata-kata inilah yang menjadi inspirasi Langdon pertama kali akan misteri yang ia pecahkan.
Bab 27 akan banyak menceritakan tentang istana keluarga Medici. Keluarga
bangsawan kaya raya yang berjaya hingga empat abad namun pada akhirnya
harus mengangalami kebangkrutan di akhir tahun 1700 atau abad ke delapan
belas.
Istana keluarga Medici menjadi tempat
persembunyian Langdon ketika dikejar oleh para tentara berseragam hitam.
Mulai dari Institut Seni, Boboli Garden dan pada akhirnya bersembunyi
di gua buatan.
Bab 37 menceritakan tentang kunjungan Langdong ke Palazzo Vecchio. Memasuki The Hall of Five Hundred, berjalan terus ke arah Lo Studiolo untuk bisa melihat secara dekat muka asli Dante Alighieri yang tercetak dalam topeng kematiannya sendiri.
Dengan menemukan topeng kematian Dante, pada akhirnya satu persatu misteri mulai terkuak.
Bab 51 akan mengajak pembaca ke dalam Museo Casa Di Dante kemudian berlanjut ke rumah suci Chiesa atau yang lebih dikenal dengan nama Gereja Dante yag terletak di Santa Margherita dei Cerchi.
Pada Bab 53 para pembaca akan bertemu dengan pusat spiritual kuno di Florence, yaitu Katedral Santa Maria del Fiore atau yang lebih dikenal dengan julukan Il Duomo.
Bab 72 pembaca akan bertemu dengan Basilika Santo Markus dengan keempat
patung kuda perunggunya yang merupakan salah satu hasil dari jarahan
saat perang salib berlangsung.
Disinilah pada akhirnya Langdon
benar-benar memahami semua misteri yang dimaksud. petunjuk-petunjuk yang
pada akhirnya membuat ia sadar bahwa terjadi kekeliruan dalam
pemikirannya.
Kemudian perjalanan di lanjutkan ke negara tempat persimpangan timur dan
barat berlangsung. Negara sekuler dimana semua kepercayaan barat dan
timur bisa berdiri bersebelahan.
Perjalanan ke Istanbul, Turki yang pertama adalah melewati Blue Mosque, kemudian Hagia Sophia dan berhenti pada waduk kuno Yerebatan Sarayi (Istana yang Tenggelam).
Sama seperti buku terdahulunya, Dan Brown selalu berhasil menggabungkan
apa yang menjadi issue yang sekarang lagi marak dibicarakan dengn
hal-hal yang berkaitan dengan symbol dan sejarah. Membuat para
pembacanya seakan-akan benar mempercayai bahwa apa yang tertulis di situ
adalah benar adanya.
Saking tipisnya perbedaan antara fiksi dengan fakta yang disajikan, kita
sebagai pembaca harus benar-benar jeli. Namun untuk buku Inferno kali
ini perbedaanya masih bisa diketahui. Karena issue yang dibahas itu
sangatlah bertolak belakang dengan karya sastra Dante yang menjadi
patokan.
Buat aku pribadi, menghabiskan 639 halaman dalam lima hari itu termasuk
cukup panjang. Kenapa? Karena ya seperti yang aku bilang di awal
menurutku ini agak sedikit cukup bertele-tele. Ditambah dengan beberapa
istilah yang membuat aku harus membacanya berulang-ulang baru bisa aku
cerna.
Ya ditambah waktu kerja yang selalu sampai malam, jadi bacanya juga
curi-curi waktu. Dari segi terjemahan menurutku ini bagus. Tidak membuat
bingung dan bisa dibaca dengan mudah. Istilahnya tidak membuat orang
berfikir untuk membaca versi aslinya karena bingung akan bahasa
terjemahan yang dipakai.
Yang paling aku suka adalah di bagian akhirnya, dimana diselipkan banyak
sekali pemikiran mengenai issue yang dibahas. Pembaca diajak untuk ikut
lebih peka terhadap hal-hal disekitar terutama untuk daerah abu-abu
kehidupan. Lalu mengenai teori penyangkalan serta hal-hal yang memang
menjadi polemik tersendiri hingga saat ini dan dapat dijadikan sebagai
sebuah renungan.
Mengenai teori apa yang dibahas atau
konsep apa yang dipakai dalam buku ini sebenarnya aku pengen banget buat
jelasin, tapi aku pikir itu akan menjadi spoiler yang tidak terbantah.
Karena justru itu yang menjadi kunci dari misteri yang dibahas dalam
buku ini, jadi lebih baik bila dibaca sendiri hehehe.
Yang pasti Dan Brown juga mengaitkan cerita ini dengan wabah hitam atau yang lebih dikenal dengan The Black Death. Wabah ini terjadi pada tahun 1348 ~ 1350 dan menewaskan 75 ~ 200 juta warga Eropa, atau sekitar hampir 60% populasi.
Seperti biasa, Brown juga tetap
menyelipkan karakter Langdon yang memang diceritakan seorang Darwinian.
Atau seseorang yang lebih meyakini fakta daripada sebuah keyakinan akan
agama. Meskipun pekerjaan Langdon adalah seorang ahli simbol yang
rata-rata selalu berkaitan dengan simbol keagamaan.
Dari sini banyak pembaca setia Brown yang
secara tidak langsung meyakini bahwa Brown sebenarnya ingin menunjukkan
sedikit pembangkangan terhadap Vatikan. Yang mana sudah ia lakukan
semenjak jaman kontroversi akan sifat keilahian Yesus dalam buku The Da
Vinci Code.
Kesimpulannya buku ini sangat direkomendasikan buat yang suka fiksi
sejarah. Hanya saja aku berharap Dan Brown dikedepannya bisa membuat
yang setara dengan The Da Vinci Code. Namun paling tidak dengan harga
seratus dua puluh lima ribu aku bisa menutup buku dengan puas untuk kali
ini.
Last, kutipan pembuka di atas adalah kunci dari seluruh rangkaian
peristiwa yang terjadi. Dimana jika di telaah lebih lanjut kalimat itu
akan berbunyi:
Dalam masa berbahaya (krisis) tidak ada dosa yang lebih besar daripada tetap diam.
sumber : https://saladbowldetrois.com/2013/12/08/resensi-inferno-by-dan-brown-karya-sastra/
Trailer Film
Blog yang menarik, saya teringat Dante, dia menulis di Inferno: "Banyak penududuk terkemuka Florence hidup di Neraka karena dosa-dosanya."
BalasHapusSaya mencoba menulis blog tentang Dante, semoga anda juga suka: http://stenote-berkata.blogspot.com/2017/12/wwancara-dengan-dante.html